Jumat, 10 Agustus 2012

Penyemangat 10 Hari Terakhir Ramadhan




>> Janganlah Merugi di Bulan Mulia Ini

Qatadah rahimahullah mengatakan, “Siapa saja yang tidak mendapatkan pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit mendapatkan ampunan.” [Lathaif Al Ma’arif, 370-371].

>> Merugikah Kita di Bulan Ramadhan ini?

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Merugilah seseorang yang bulan Ramadhan datang kepadanya kemudian pergi sebelum ia mendapat ampunan." (HR. at-Tirmidzi 3545 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwa` (1/36) (6) dan al-Misykah (709). 

>> Bersungguh-sungguh di 10 hari terakhir

Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha- berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)

Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)

>> I'tikaf di Masjid pada 10 hari terakhir

Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172) 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu. (Latha-if Al Ma’arif, halaman 338)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”. [HR. Bukhari no. 2044]

>> Diampuninya Dosa Pada Malam Lailatul Qadar

Allah berfirman (artinya):

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (Q.S Al-Qadr 1-5) 

Dari 'Asiyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih) 

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda “Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari no. 1901]

>> Keadaan Yang Semestinya Selepas Ramadhan

Az Zuhri rahimahullah berkata, “Ketika hari raya Idul Fithri, banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat ‘ied, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan, “Wahai hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.”

>> Menjadi Hamba Rabbaniyyin Bukan Ramadhaniyyin

Asy Syibliy rahimahullah pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin beribadah di setiap bulan sepanjang tahun dan bukan hanya di bulan Sya’ban saja. Dapat pula dikatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Ramadhaniyyin.” Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya di bulan Ramadhan saja. Semoga Allah memberi taufik. [Lihat Lathaif Al Ma’arif, 390].

>> Jangan Sampai Puasa Tertolak

Saudaraku, ingatlah pesan Ka’ab bin Malik, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lantas terbetik dalam hatinya bahwa setelah lepas dari Ramadhan akan berbuat maksiat pada Rabbnya, maka sungguh puasanya itu tertolak (tidak bernilai apa-apa).” [Lathaif Al Ma’arif, 378].

>> Renungan Selepas Ramadhan

Saudaraku, dengarkanlah perkataan ‘Umar bin ‘Abdul Aziz berikut tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, 

“Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.” (Lihat Latha-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 372-381, Daar Ibnu Katsir [Tahqiq: Yasin Muhammad As Sawaas])

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar yang berupa mostivasi dan balasan yang sesuai dengan topik . Balasan yang tidak sesuai tidak akan di anggap .

Peraturan Berkomentar :
- Dilarang SPAM
- Dilarang berbicara bahasa SETAN
- Harus SOPAN
- Dilarang berkomentar yang melecehkan seseorang,akan langsung saya remove

Terima Kasih atas pengertiannya
ALIF DJS [ admin ]

 

Follower !

Random Post

Masukan alamat email kamu disini untuk mendapat kiriman artikel terbaru secara gratis !
site info
SEO Stats powered by MyPagerank.Net DMCA.com Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net